Lidia Anggi's blog
Rabu, 08 April 2015
Senin, 24 November 2014
TAHUN DUKA CITA (AMUL HUZNI)
Pada TAHUN KESEPULUH KENABIAN , istri Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thlaib, wafat,
Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketika itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun/MA'LA.
Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.. Berkata Ibnu Sa’d dalam Thabaqat-nya: “Selisih waktu antara kematian Khadijah dan kematian Abu Thalib hanya satu bulan lima hari.”
Khadijah Radhiyallahu ‘Anhu sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hisyam adalah menteri kebenaran untuk Islam. Pada saat-saat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menghadapi masalah-masalah berat, beliaulah yang selalu menghibur dan membesarkan hatinya. Akan halnya Abu Thalib, dia telah memberikan dukungan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam menghadapi kaumnya.
Abu thalib wafat dalam usia 80 tahun
Berkata Ibnu Hisyam: Setelah Abu Thalib meninggal, kaum Quraisy bertambah leluasa melancarkan penyiksaan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas kepala Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga pernah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pulang ke rumah berlumuran tanah. Melihat ini, salah seorang putri beliau bangkit dan membersihkan kotoran dari atas kepalanya sambil menangis. Tetapi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya,”Janganlah engkau menangis wahai anakku, sesungguhnya Allah akan menolong bapakmu.”
- Kesedihan datang silih berganti
Dua peristiwa sedih tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif berdekatan, sehingga perasaan sedih dan pilu menyayat-nyayat hati Rasulullah صلی الله عليه وسلم. Kemudian, cobaan demi cobaan terus datang secara beruntun pula dari kaumnya. Sepeninggal Abu Thâlib, nampaknya mereka semakin berani terhadap beliau, mereka dengan terang-terangan menyiksa dan menyakiti beliau. Lengkap sudah, kesedihan yang dialaminya halmana membuat beliau hampir putus asa untuk mendakwahi mereka. Karenanya, beliau pergi menuju kota Thâ-if dengan harapan penduduknya mau menerima dakwah beliau, melindungi dan menolong beliau melawan perlakuan kaumnya namun beliau sama sekali tidak melihat ada seroangpun yang mau melindungi dan menolong. Bahkan sebaliknya, mereka menyiksa dan memperlakukannya dengan yang lebih sadis dari apa yang dilakukan oleh kaumnya sendiri.
Siksaan yang begitu keras tidak saja dialami Nabi, tetapi para shahabatnyapun ikut mendapatkan jatah. Hal ini membuat teman akrab beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه berhijrah dari Mekkah. Manakala dia sudah mencapai suatu tempat yang bernama Bark al-Ghumâd dengan tujuan utama ke arah Habasyah, Ibnu ad-Daghinnahnya mengajaknya pulang dan memberinya suaka.
Ibnu Ishâq berkata: “ketika Abu Thâlib wafat, kaum Quraisy menyiksa Rasulullah صلی الله عليه وسلم dengan siksaan yang semasa hidupnya tidak berani mereka lakukan. Lebih dari itu, salah seorang begundal Quraisy menghalangi jalan beliau, lalu menaburi debu ke arah kepala beliau. Tatkala beliau masuk rumah dalam kondisi demikian, salah seorang anak perempuan beliau menyongsongnya dan membersihkan debu tersebut sembari menangis. Beliau berkata kepadanya: “jangan menangis duhai anakku! Sesungguhnya Allah lah Yang akan menolong ayahandamu”.
Ibnu Ishâq melanjutkan: “beliau صلی الله عليه وسلم selalu berkata bila mengingat hal itu: ‘Tidak pernah aku mendapatkan suatu perlakuan yang tidak aku sukai dari Quraisy hingga Abu Thâlib wafat’ ”.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menamakan ini sebagai „tahun duka cita”, karena begitu berat dan hebatnya penderitaan di jalan dakwah pada tahun ini.Sehingga sebutan ini lebih dikenal di dalam buku-buku Sirah dan Tarikh.
Biografi Seorang Ilmuwan Muslim Yang Hebat Ibnu Sina (Aviccena)
Assalamualaikum Kawan-kawan blogger....
Kali ini saya akan menulis biografi seorang yang sangat aku kagumi, Ibnu Sina. Beliau adalah salah seorang ilmuwan Muslim yang sangat terkenal di dunia (Muslim terkenal dengan gudangnya ilmuwan lho...bahkan sebelum orang Eropa dan Amerika bisa baca tulis). Orang barat menyebutnya Aviccena. Karena saking cerdasnya sampai-sampai beliau dijuluki sebagai bapak kedokteran dunia. Berikut ini biografi Ibnu Sina.
Kali ini saya akan menulis biografi seorang yang sangat aku kagumi, Ibnu Sina. Beliau adalah salah seorang ilmuwan Muslim yang sangat terkenal di dunia (Muslim terkenal dengan gudangnya ilmuwan lho...bahkan sebelum orang Eropa dan Amerika bisa baca tulis). Orang barat menyebutnya Aviccena. Karena saking cerdasnya sampai-sampai beliau dijuluki sebagai bapak kedokteran dunia. Berikut ini biografi Ibnu Sina.
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina. Dikalangan masyarakat barat ia dikenal dengan nama “Avicienna”. Selain sebagai ahli kedokteran, Ibnu Sina juga dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga, pendidik dan sarjana Muslim yang hebat.
Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau di bulan Agustus 985 M. Keluarga Ibnu Sina kebanyakan bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja di pemerintahan, selain itu juga sebagai pendidik.
Ibnu Sina beruntung lahir di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejak kecil sang ayah mengajarinya untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari Qur’an dan Sastra. Seorang guru pun didatangkan khusus untuk mengajari Ibnu Sina menghafal Al Qur’an. Di usia 10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafal isi Al Qur’an dan mendalami berbagai karya sastra.
Ibnu Sina belajar filsafat dari Abu Abdillah an-Natili, seorang filosof kenamaan yang kebetulan sedang berkunjung ke Bukhara. Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di kediamannya untuk mengajarkan filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat sehingga membuat kagum gurunya.
Tetapi sebelum itu, Ibnu Sina sudah tekun mempelajari ilmu fiqih dari seorang ulama besar bernama Ismail yang tinggal di luar kota Bukhara. Dengan semangat yang tinggi, Ibnu Sina tidak keberatan harus bolak-balik ke rumah gurunya. Kecerdasan Ibnu Sina semakin terlihat saat beliau berusia 16 tahun. Ia sudah sanggup menerangkan kembali pada gurunya isi dari buku Isagoge (ilmu logika), buku al-Mages (ilmu astronomi kuno) dan buku Ecludis (ilmu arsitektur).
Beliau memang benar-benar murid yang cerdas. Di depan guru-gurunya, ia dapat menerangkan rumus-rumus dan berbagai kesulitan yang terdapat dalam buku-buku tersebut. Bahkan konon dalam bidang ilmu astronomi (perbintangan), beliau sudah sanggup menciptakan sebuah alat yang belum pernah dibuat para ahli sebelumnya.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina pun merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran, mulai mendik di bidang kedn, sehingga dalam waktu singkat ia meraih hasil yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangatnya yang tinggi dalam mempelajari ilmu tersebut, Ibnu Sina sanggup mengobati orang-orang yang sakit.
Semakin lama nama Ibnu Sina semakin terkenal, bukan saja disekitar Bukhara melainkan juga diberbagai pelosok wilayah. Orang-orang yang tertarik di bidang kedokteran mulai mendatangi Ibnu Sina untuk menimba ilmu darinya. Mereka juga mengadakan eksperimen-eksperimen mengenai berbagai cara pengobatan dibawah pengawasan dan bimbingan Ibnu Sina.
Tetapi Ibnu Sina tidak mau menjadikan ilmunya alat untuk mencari kekayaan dunia. Ia mau mengajar dan menolong orang-orang sakit ikhlas karena Alloh dan terdorong rasa kemanusiaannya. Ia merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya akan mendapat pahala di sisi Alloh diakherat kelak. Ibnu Sina menghabiskan waktunya untuk mengadakan penelitian-penelitian, menulis dan membaca buku-buku yang bermanfaat bagi kemajuan berbagai ilmu.
Konon suatu hari Amir Nuh bin Nasr menderita sakit keras. Mendengar kehebatan Ibnu Sina, ia diminta datang untuk mengobatinya. Setelah diobati, iapun sembuh. Bukan main gembira hatinya. Dan sejak itulah Ibnu Sina akrab dengan sang Amir yang ternyata memiliki perpustakaan yang sangat lengkap di daerah itu. Ibnu Sina memanfaatkan perpustakaan itu untuk membaca buku-buku kuno dalam berbagai bidang ilmu. Dari perpustakaan Sang Amir Nuh bin Nashr ini Ibnu Sina berhasil mendapatkan banyak ilmu pengetahuan untuk bahan-bahan penemuan. Dan ketika berusia 18 tahun Ibnu Sina sudah menguasai berbagai bidang ilmu.
Ketika berusia 22 tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Terpaksa ia mengambil alih tugas-tugas ayahnya. Namun itu tidak berlangsung lama. Ibnu Sina harus meninggalkan Bukhara karena telah terjadi goncangan pemerintahan. Mula-mula ia pindah ke Gurganj selama 10 tahun. Kemudian pindah ke Nasa’, kemudian pindah lagi ke Baward, Thus lalu ke Samalqan, Sajarm, Surjan, dan terus berpindah-pindah guna mengamalkan dan mempelajari ilmu baru.
Selain sebagai dokter, Ibnu Sina juga dikenal sebagai psikolog yang sanggup mengobati orang yang sakit jiwanya. Suatu hari ada seorang lelaki yang terkena melancholia, sebuah penyakit jiwa yang timbul akibat penyakit empedu yang cukup menyedihkan. Lelaki ini merasa dirinya adalah seekor sapi. Ia tidak mau makan dan minum bersama manusia bahkan tidurnya pun di kandang sapi sehingga badannya kurus kering dan kotor. Keluarganya sudah membawanya kemana-mana untuk diobati namun belum juga berhasil. Akhirnya keluarganya mendengar keahlian Ibnu Sina. Kemudian keluarganya membawa laki-laki sakit jiwa tadi ke Ibnu Sina.
Setelah mengamati keadaan lelaki malang itu, Ibnu Sina bertanya :
“Ada apa denganmu?”
“Aku tidak apa-apa.” Jawab lelaki itu. “Aku hanya merasa telah menjadi seekor sapi. Aku melenguh, makan dan minum serta bertingkah layaknya sapi.”
“Kalau begitu kamu memang seekor sapi. Aku akan menyembelihmu, “ kata Ibnu Sina.
“Silahkan saja ,” katanya.
Ibnu Sina lalu menyuruh beberapa orang mengikat tubuhnya dan menyiapkan golok yang tajam. Sambil memegang golok, Ibnu Sina mendekat dan membungkuk. Tapi ketika golok sudah menempel di leher orang tersebut, tiba-tiba Ibnu Sina berhenti.
“ Wah sayang sekali sapinya masih kurus. Ia belum pantas disembelih, “ Kata Ibnu Sina.
“Tidak, aku sudah pantas disembelih, sembelih saja aku,” kata laki-laki tadi.
“Jangan, aku tidak mau menyembelih sapi yang masih kurus, rugi tak ada dagingnya. “ Kata Ibnu Sina.
“Jadi apa yang harus aku lakukan supaya bisa gemuk dan pantas disembelih?” tanya lelaki itu.
“Kamu harus makan dan minum layaknya manusia.” Jawab Ibnu Sina.
“Tetapi janji, setelah aku gemuk kamu akan menyembelihku,” kata lelaki itu.
“Baiklah aku janji.” Kata Ibnu Sina.
Setelah itu, lelaki tersebut mau makan dan minum layaknya manusia. Kesehatannyapun berangsur-angsur pulih karena mendapat asupan makanan. Badannya sudah gemuk kembali dan tentu saja akalnya berfungsi normal lagi. Sehingga ia benar-benar sudah sembuh.
Beberapa hari berikutnya Ibnu Sina mengunjungi lelaki tersebut. Melihatnya dalam keadaan sehat dan gemuk, Ibnu Sina berkata “Wah rupanya sapinya sudah gemuk.”
Lelaki itupun kemudian menjawab, “Iya bahkan sudah pintar.” Jawabnya dengan tertawa.
Keluarga lelaki itupun sangat senang dan sangat berterimakasih pada Ibnu Sina yang telah berhasil menyembuhkannya dari penyakit jiwanya.
Itulah Ibnu Sina. Beliau bukan hanya pandai tapi juga cerdik.
Karya Tulis Ibnu Sina
Sesungguhnya Ibnu Sina adalah salah seorang tokoh besar Islam. Ia adalah filosof dari timur. Hal itu bukan saja diakui orang-orang Arab melainkan juga ilmuwan barat. Menurut mereka Ibnu Sina adalah orang yang jenius, cerdik, dan pintar. Selain terkenal sebagai ahli kedokteran, ia juga seorang ahli filsafat, astronom dan ahli ilmu jiwa (psikolog handal). Ibnu Sina telah meninggalkan karya-karya agung yang dapat membantu meningkatkan keluhuran harkat umat manusia. Tidak berlebihan jika para penulis Prancis memberinya gelar “Aristoteles Islam” atau juga “Hipocrates Islam”.
Ibnu Sina dikenal aktif dalam urusan-urusan pemerintahan, pendidikan, penulisan, kedokteran atau kesehatan dan lain-lain. Washtankald, seorang Ilmuwan Jerman sempat menghitung karya tulis Ibnu Sina tidak kurang dari 150 judul yang membahas berbagai macam ilmu, seperti kedokteran, filsafat, agama, astronomi, bahasa, kebudayaan, sastra, musik, arsitektur, logika, dan ketuhanan. Ibnu Sina telah menyumbangkan kekayaan ilmunya pada umat manusia. Padahal ia hidup pada zaman yang sering terjadi kekacauan. Karya-karya tulis Ibnu Sina menjadi sangat khas dan istimewa berkat isinya yang berbobot, pembahasannya yang cukup mendalam, keterangannya yang jelas dan kepintarannya dalam mengolah informasi menjadi tulisan yang mudah dipahami.
Diantara tulisan Ibnu Sina yang cukup terkenal adalah al-Qanun (Kedokteran), al-Syifa, al-Isyarat (filsafat), dan as-Siyasah (pendidikan). Bahkan Al-Qanun dijadikan salah satu literatur utama ilmu kedokteran pada sejumlah universitas Eropa hingga abad 18. Ibnu Sina juga menemukan obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi kesehatan umat manusia. Bahkan ia adalah seorang dokter yang pertama kali melakukan penyuntikan dibawah kulit pasien, dan menggunakan cara pembiusan untuk mengobati luka.
Apa yang dilakukan Ibnu Sina tersebut jauh lebih maju daripada yang terjadi di negara-negara Eropa saat itu yang masih menganut takhayul dan sihir dalam mengobati berbagai penyakit. Yang terjadi di Eropa saat itu adalah zaman kegelapan, konon apabila ada orang sakit, ia disalib pada sebatang pohon. Kemudian tabib atau dukun memukulinya dengan kejam sampai setan atau roh halus lainnya keluar dari tubuh orang tersebut. Menurut mereka, setan dan roh halus itulah penyakitnya.
Begitulah perbedaan peradaban Eropa dan Muslim saat itu. Ini adalah fakta, penulis bukan melebih-lebihkan namun itulah faktanya. Saat Eropa berada di zaman kegelapan, Islam justru berada di zaman kegemilangan.
Berikut ini adalah daftar buku-buku yang dihasilkan oleh Ibnu Sina :
1. Al-Qanun (Aturan) 10 jilid
2. Al-Syifa’ (Penyembuhan atau Pengobatan) 8 jilid
3. Al-Isyarat (Petunjuk) 1 jilid
4. AL-Majmu’ (Himpunan) 1 jilid
5. Al-Biir wa a-l Itsm (Perbuatan baik dan dosa) 2 jilid
6. Al-Arshad al-Kulliyyat (Petunjuk Lengkap) 1 jilid
7. Al-Hashil wa Al-Mahshul (pokok-pokok) 2 jilid
8. An-Najad (pembebasan) 3 jilid
9. Al-Inshaf (keputusan) 20 jilid
10. Al-Hidayat (petunjuk) 1 jilid
Dan masih banyak lagi karyanya yang tak cukup dituliskan disini karena nanti loadingnya jadi lama he...he...
Hari-Hari Terakhir Ibnu Sina
Pada hari-hari terakhirnya, Ibnu Sina mandi, bermunajat mendekatkan diri pada Alloh, menyumbangkan hartanya untuk fakir-miskin, membela orang-orang yang tertindas, menolong orang yang lemah, memerdekakan budak, dan tekun membaca Al-Qur’an, saking tekunnya beliau bisa menamatkannya tiap tiga hari sekali.
Semua itu terus ia lakukan hingga ajal menjemput. Beliau wafat di Hamadzan pada hari jum’at di bulan Ramadhan 428 H dalam usia 58 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kota tersebut dan hingga sekarang masih ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia.
Sungguh besar jasa Ibnu Sina bagi umat manusia. Semoga Alloh SWT menerima amalnya dan mendapat balasan yang terbaik di sisi-Nya. Amin.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Biografi Ibnu Rusyd (Averrous)
Abu Walid Mu adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi, filsafat, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1198 di Kordoba, Spanyol. Di Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ayah Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Kordoba. Sementara itu, banyak saudaranya menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarganya itulah yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitas Ibnu Rusyd di kemudian hari. Ibnu Rusyd adalah seorang tokoh perintis ilmu jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar.
hammad bin Rusyd
hammad bin Rusyd
Abad XII dan beberapa abad sebelumnya adalah zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Dinasti Abbasiyah sedang berkuasa, dengan pusat pemerintahan di Semenanjung Andalusia (Spanyol). Para penguasa muslim pada masa itu sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka sering meminta para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa. Dengan begitu, nama-nama ilmuwan beserta Yunani beserta karyanya, seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, dan Euclides, masih tetap terpelihara hingga sekarang.
Ibnu Rusyd dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal pakar di bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu pasti, dan ilmu agama. Sehubungan dengan itu, ia sangat menguasai ilmu tafsir al-Quran dan hadis, juga ilmu hukum dan fikih. Disebabkan kecerdasannya itulah, ia kemudian diangkat menjadi Hakim Agung Kordoba, sebuah jabatan yang pernah dipegang kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al-Murabitun di Afrika Utara. Ibnu Rusyd menjadi hakim agung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Ya’kub Yusuf hingga anaknya, Khalifah Abu Yusuf.
Biografi Ibnu Rusyd: Perintis Ilmu Jaringan Tubuh
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di Eropa. Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan ilmu kalamnya.”
Ibnu Rusyd juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku Aristoteles yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal itu, Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles tersebut bahkan melengkapinya. Ibnu Rusyd juga menerjemahkan dan melengkapi sejumlah karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad.
Pada tahun 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan. Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan filsafat Yunani.
Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat. Meskipun begitu, ia tetap menghormati karya para pendahulunya. Ia juga tertarik pada gagasan al-Farabi tentang logika. Hal itu selalu memberinya inspirasi untuk berkarya. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
Di bidang ilmu agama, Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya, seperti Tahafut at-tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat (agama dan wahyu).
Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78 karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Kini, sejumlah karyanya tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol. Tidak banyak yang mengetahui kalau Ibnu Rusyd pernah hidup dalam pembuangan. Ia pernah dibuang di Lecena, Spanyol, karena dianggap murtad dan menghina kepala negara. Ia juga pernah dibuang ke Maroko karena difitnah seseorang.
Ibnu Rusyd wafat pada tahun 1198 (595 H) di kota Marakis, Maroko. Jenazahnya kemudian dibawa ke Andalusia dan dimakamkan di sana.
Selasa, 27 Mei 2014
Curahan hati wanita
'' ANDAI LELAKI TAHU ''
Andai lelaki tahu...
Apabila seorang perempuan jatuh cinta
Lelaki itu tidak semestinya punya segalanya ;
Tetapi lelaki itu adalah segalanya di hatinya
Andai lelaki tahu...
Apabila seorang perempuan itu mengalirkan air mata
Itu bukan bermakna dia lemah ;
Tetapi dia sedang mencari kekuatan untuk terus tabah mencintai
lelaki itu
lelaki itu
Andai lelaki tahu...
Apabila seorang perempuan marah
Memang dia tidak mampu mengawal perasaannya ;
Tetapi percayalah, itu maknanya dia sangat mengambil berat dan
menyayangi lelaki itu
...
menyayangi lelaki itu
...
Langganan:
Postingan (Atom)